Pledoi Ngawur Terhadap ISIS
Seluruh dunia -nyata atau maya-
mengecam kekejaman ISIS (Islamic State of Iraq and Syiria), pun Indonesia.
Tidak ada alasan yang dapat dibenarkan atas tindakan ISIS. Hilangnya ratusan
nyawa dalam semalam menandaskan bahwa ISIS tak ubahnya bak setan yang yuwaswisu
fii sudur al-nas. Paris nan romantis sontak hilang, french kiss tidak lagi
berlaku malam itu, simpati pun tertumpah dari seantero jagad raya dan tagar
#prayforfrench menjadi trending topic. Tak sedikit yang meluapkan kemarahan dan
kebencian terhadap ISIS, bahkan untuk mengungkapkan emosi, netizen sampai
memasang bendera Perancis di akun medsos mereka.
Meskipun demikian, barangkali
pernyataan “dunia mengecam” perlu ditelaah kembali. Begini, apakah terma
“mengecam” ini karena ikut-ikutan, biar eksis, atau benar-benar kesadaran
individu? Sebab, sebenarnya kasus kayak gini udah kerap terjadi. Di Indonesia
contohnya. Siapa yang tak ingat bom Bali, peristiwa hotel JW Marriot, dan
Ritz-Carlton? Ini kan persis dengan apa yang terjadi di Paris tempo hari. Tapi
semakin kesini kenapa semakin banyak yang gabung dengan ISIS? Kata Pak Usman
ketua BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme), Warga Negara Indonesia
sudah ratusan orang yang gabung dengan ISIS. Nah loh?
Barangkali tak usah terburu-buru
mengatakan prihatin, simpati, dan sebagainya. Apalagi nyalah-nyalahin ISIS,
sebelum memahami kenapa ISIS melakukan tindakan ini. Jangan-jangan nanti kalau
tuan didekati oleh ISIS tuan langsung kesemsem, jatuh cinta, kemudian berani
mati juga. Apalagi bagi anak muda yang masih labil secara emosional dan suka
eksis-eksisan. Bukan mengada-ada, BNPT bilang, anak muda sering menjadi target
ISIS. Sebab anak muda biasanya pemahaman agamanya nanggung, tapi semangat masih
membara. Jadi saya berasumsi bahwa calon-calon yang mau gabung dengan ISIS itu
bakalan banyak. Terlebih, ISIS atas otoritas agama memiliki alasan yang cukup
kuat untuk menyebarkan jaringannya.
Begini, teror ISIS adalah teror
suci atau jihad. Tak dapat disangkal bahwa peristiwa politis terkadang mesti
mengorbankan nyawa. Siapa yang tak kenal Perang Uhud dan Badar, Siapa yang
tidak kenal dengan peristiwa Karbala yang merenggut nyawa Husein. Berikut
perang-perang dalam Islam lainnya yang memiliki unsur politis. Dulu, kononnya
ekspansi peyebaran agama dilakukan dengan perang. Dalam budaya politik yang
barbar belum ada yang namanya Hak Asasi Manusia. Inilah yang kemudian dapat
meligitimasi upaya politis ISIS yang mulia. Teror merupakan basis gerakannya,
yang kemudian dapat menegakkan hukum Tuhan.
Wajarlah, dengan gagah berani ISIS
mengakui perbuatannya. Yang lebih eksotisnya mereka merayakannya dengan ngopi
bareng. Menurut saya perayaan tersebut bukan hanya soal kesuksesan, tapi juga
perayaan atas tiket ke surga yang diperoleh rekan-rekan mereka yang mati.
Mereka telah haqqul yaqin bahwa rekan-rekan mereka telah bertemu dengan Ambrozi
dan Imam Samudra yang sudah duluan ke neraka surga. Begitulah keyakinan yang
barangkali masih bersemayam pada jiwa-jiwa berani tersebut.
Jika kita berdiri pada logika ISIS
sebenarnya tidak ada yang salah. Barangkali ISIS benar, tujuannya kan untuk
menegakkan Negara Islam, kapan perlu seluruh dunia ini Islam semua. Bukankah
ini tujuan yang mulia? Atas nama agama dan kesucian, yang ngalangin jalan
libas!! Karena Tuhan telah memberikan garansi dengan istana di surga. Wong Gaza
dan Iraq aja sering dibombardir. Giliran Paris aja tuh dunia Heboh. Mereka yang
prihatin dengan insiden Paris sepertinya tidak memahami logika ISIS.
Isis bergembira, “dunia” berduka.
Bagi ISIS ini adalah jihad, sementara bagi “dunia” ini adalah teror. Jihad
adalah berperang di jalan Tuhan, teror adalah bahasa yang sangat mengerikan.
Dua makna yang barangkali berseberangan. ketika logika ISIS dihadapkan dengan
logika “dunia” ya jelas gak matching. Satunya adalah kebaikan dan satunya
merupakan keburukan. Sungguh standar nilai yang tak dapat dipertemukan. Kecuali
pakai logika listrik jika positif ketemu negatif maka lampu bakal nyala.
Begitulah, ISIS memiliki kebenaran absolut dari Hongkong.
Logika ISIS ini klop dengan logika
mereka yang mengatakan konsep Hak Asasi Manusia (HAM) adalah punya Barat,
konsep toleransi adalah punya kaum liberal, dan sekuler. Terutama bagi mereka
yang tidak bisa menerima keberagaman (plural). Pun bagi kaum yang mengatakan
konsep khilafah adalah sistem pemerintahan yang paling benar. Menurut saya
wajar WNI banyak yang bergabung dengan ISIS, sekarang mungkin ratusan,
barangkali besok ribuan. Sebab kaum-kaum ngawur masih berserakan di Indonesia,
itu dia, mereka yang ngotot dengan surga imajiner. Inilah sasaran ISIS.
Jadi adalah keliru jika mengatakan
dunia mengecam perbuatan ISIS. Diantara maraknya kecaman, sebenarnya masih
banyak kaum ngawur yang terselip. Pada dasarnya mereka tidak dapat menerima
ISIS dikecam dunia. Gimana mau menyalahkan, cara berfikir saja sama. Logika
mereka sama. Sama-sama ngawur.
Tulisan ini pernah diterbitkan
di http://tarbijahislamijah.com/pledoi-ngawur-terhadap-isis/